
Siapa bilang mahasiswa teknik hanya berkutat dengan kabel dan mesin? Grimonia Fredlina Marceli, mahasiswi Teknologi Rekayasa Elektro (TRE) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM), membuktikan bahwa bidang teknik juga memiliki peran penting dalam dunia kebanksentralan. Melalui program Kampus Merdeka Bank Indonesia (KMBI), yang dirancang berdasarkan pendekatan Knowledge, Skill, and Attitude (KSA) untuk mengintegrasikan pembelajaran akademik dengan pengalaman praktis., ia mendapatkan kesempatan emas untuk terlibat dalam manajemen infrastruktur di Bank Indonesia (BI).
Terjun ke Manajemen Infrastruktur Bank Indonesia
Ketika mendengar “Bank Indonesia,” kebanyakan orang mungkin langsung berpikir tentang moneter dan sistem keuangan. Namun, di balik itu semua, BI juga bertanggung jawab atas pengelolaan infrastruktur dan aset yang mendukung operasionalnya di seluruh Indonesia.
Grimonia bergabung dalam Departemen Pengelolaan Aset Perumahan dan Non-Perkantoran (DPRN) di BI dan menempati posisi sebagai Researcher di Kelompok Perancangan dan Pembangunan Aset Perumahan dan Non-Perkantoran 1 (KPPRN 1), yang berada di bawah Grup Perancangan dan Pembangunan Aset Perumahan dan Non-Perkantoran 1. Fokus utama perannya adalah dalam manajemen proyek pembangunan rumah dinas dan fasilitas sosial di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Papua Barat, dengan tugas mencakup keterlibatan langsung dalam perencanaan proyek, pengembangan, serta pengelolaan implementasi guna memastikan setiap tahapan berjalan sesuai target. Grimonia juga dilibatkan dalam perencanaan proyek konstruksi, menyusun timeline, serta mengelola sumber daya agar proyek berjalan sesuai target.
Grimonia memanfaatkan metodologi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) serta pelatihan dari Coursera IBM tentang Introduction to Project Management untuk mengoptimalkan analisis dan pemantauan proyek. Tak hanya itu, ia juga berperan dalam mengidentifikasi kendala teknis di lapangan dan menyusun solusi strategis yang kemudian dibahas dalam rapat mingguan KPPRN 1 setiap Senin serta rapat koordinasi proyek setiap Rabu.
Sebagai bagian dari tim yang mengedepankan efektivitas perencanaan, Grimonia turut serta dalam diskusi strategis terkait implementasi kurva S dan pemanfaatan Microsoft Project untuk memantau progres pembangunan. Bentuk kontribusi lainnya, Grimonia dipercaya menyusun rangkuman materi PMBOK dan menyajikannya dalam bentuk presentasi kepada tim, memastikan teori dan praktik di lapangan selaras demi keberhasilan proyek.
“Pengalaman ini membuka wawasan saya tentang bagaimana manajemen proyek tidak hanya berkaitan dengan teknik, tetapi juga perencanaan strategis dan efisiensi sumber daya,” ujar Grimonia.
Tantangan utama yang ia hadapi selama program ini meliputi koordinasi lintas tim, pengelolaan perubahan dalam perencanaan, serta mitigasi risiko keterlambatan akibat faktor eksternal seperti logistik dan administrasi. Beradaptasi dengan budaya kerja di Bank Indonesia serta memastikan proyek berjalan sesuai standar juga menjadi pembelajaran berharga bagi Grimonia.
Kelas Kebanksentralan
Sebagai bagian dari Kampus Merdeka Bank Indonesia (KMBI), Grimonia mengikuti Kelas Mingguan Kebanksentralan, program rutin yang digelar setiap Jumat pukul 14.00 WIB, yang membahas berbagai aspek penting terkait kebijakan ekonomi, sistem pembayaran, serta peran strategis Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter dan keuangan nasional. Materi yang disampaikan mencakup sejarah kebanksentralan, kebijakan moneter, inflasi, pengelolaan uang rupiah, hingga perkembangan mata uang digital seperti Central Bank Digital Currency (CBDC).
Melalui kelas ini, Grimonia mendapatkan wawasan mendalam tentang peran strategis Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi. Tidak hanya sebagai peserta, ia juga berkesempatan menjadi Master of Ceremony (MC) dalam salah satu sesi pendalaman kebanksentralan bertema ‘Pengelolaan Uang Rupiah’. Dalam peran ini, ia memandu jalannya kelas, mengoordinasikan interaksi antara moderator, narasumber, dan peserta, serta memastikan diskusi berjalan lancar dan interaktif. Pengalaman ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kebanksentralan serta melatih keterampilan komunikasi dan kepemimpinan yang akan menjadi bekal berharga di masa depan.
Youth Economic Leadership Program (YELP): Bootcamp Kepemimpinan Masa Depan
Tidak hanya menjalani program magang di Bank Indonesia, Grimonia juga berkesempatan mengikuti Youth Economic Leadership Program (YELP) 2024, bagian dari program Kampus Merdeka Bank Indonesia (KMBI). Program eksklusif ini dirancang untuk mengasah wawasan kebanksentralan, digitalisasi ekonomi, dan kepemimpinan melalui serangkaian bootcamp yang intensif.
Bootcamp YELP 2024 diselenggarakan secara luring pada 7–11 Desember 2024 dan mencakup beberapa sesi utama. Bootcamp Kebanksentralan membahas kebijakan moneter, sistem pembayaran, makroprudensial, dan peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Selanjutnya, Bootcamp Digital menghadirkan materi tentang teknologi digital, AI generatif, data science, serta keamanan digital. Tidak ketinggalan, Bootcamp Leadership yang bertujuan mengasah keterampilan berpikir sistematis, negosiasi, dan komunikasi interpersonal.
Para peserta yang lolos ke tahap akhir mendapat kesempatan mengikuti sesi karantina, di mana mereka ditantang untuk menyusun innovation solution statement dan mempresentasikannya dalam final YELP. Acara ini kemudian ditutup dengan malam kebersamaan serta pengumuman hasil YELP-KMBI 2024.
Keikutsertaan Grimonia di YELP 2024 menunjukkan bahwa dengan semangat belajar dan adaptasi yang tinggi, mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dapat memperoleh wawasan baru di dunia ekonomi dan perbankan. Pengalaman ini menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus mengasah diri dan mengambil peluang dalam program-program bergengsi seperti Kampus Merdeka Bank Indonesia.
Kesimpulan: Teknik dan Kebanksentralan Bisa Berjalan Seiring
Pengalaman Grimonia dalam Kampus Merdeka Bank Indonesia membuktikan bahwa mahasiswa elektro juga dapat berkontribusi di bidang kebanksentralan, khususnya dalam manajemen infrastruktur dan pengelolaan aset strategis. Dengan keterlibatan dalam diskusi proyek, riset mandiri, serta pengalaman langsung dalam menangani tantangan di lapangan, ia memperoleh wawasan yang luas mengenai peran teknik dalam mendukung kebijakan ekonomi dan operasional Bank Indonesia. Dengan kombinasi keterampilan teknis, manajemen proyek, serta kemampuan komunikasi dan kepemimpinan, ia kini memiliki bekal kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan.
“Elektro bukan sekadar tentang rangkaian listrik dan sistem kelistrikan, tetapi juga memiliki peran penting dalam manajemen infrastruktur dan pengelolaan aset. Pemahaman ini semakin kuat seiring dengan pengalaman saya di Bank Indonesia,” tutup Grimonia.
Perjalanan inspiratif ini menjadi bukti bahwa sistem Knowledge, Skill, and Attitude (KSA) yang diterapkan di Bank Indonesia membantu mahasiswa mengembangkan diri secara menyeluruh, tidak hanya dalam aspek akademik tetapi juga keterampilan praktis dan sikap profesional yang siap terjun ke dunia kerja.